Wednesday, February 10, 2010

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DAN KUNCI JAWABAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
DAN
KUNCI JAWABAN
















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : …………..
Mata Pelajaran : Seni Rupa
Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 1.1. Mengidentifikasi dan mengapresiasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• mendeskripsikan pengertian seni rupa Nusantara
• mendeskripsikan seni rupa zaman prasejarah di Nusantara (gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di daerah setempat)
• mendeskripsikan generalisasi, periodisasi, dan kronologi
• mendeskripsikan seni rupa zaman Islam
• mendeskripsikan pengaruh seni rupa Cina terhadap seni rupa di Nusantara (arsitektur, pola wastra, dan perabot atau benda-benda rumah tangga)
• mendeskripsikan pengaruh seni rupa Kolonial terhadap seni rupa di Nusantara (arsitektur, busana, dan perabot rumah tangga)
• mendeskripsikan latar belakang sosial budaya seni rupa Nusantara

B. Materi Pembelajaran
• Seni rupa Nusantara; serta perkembangan, sejarah, dan latar belakang sosial budayanya
• Seni rupa zaman prasejarah
• Seni rupa zaman Hindu-Buddha
• Seni rupa zaman Islam
• Seni rupa pengaruh Cina
• Seni rupa pengaruh Kolonial
• Latar belakang sosial budaya seni rupa Nusantara

C. Metode Pembelajaran
Pendekatan life skill, metode bermain, pemberian tugas, tanya jawab

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Guru membuka kegiatan belajar dengan menerapkan permainan “Sedang Apa”. Caranya adalah dengan menggambar sebuah jam dinding besar di papan tulis. Lalu, guru menunjuk setiap angka jam dan siswa secara bergiliran menyebutkan aktivitas yang biasa mereka lakukan pada hari Minggu sesuai angka jam yang ditunjuk. Dengan demikian, siswa memiliki pandangan tentang hal-hal yang berlangsung secara kronologis.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan arti “seni rupa Nusantara” dengan peta konsep (hlm. 2).
4. Siswa ditugasi mencari informasi dengan kata kunci “seni rupa Nusantara” di www.yahoo.com, www.wikipedia.com, www.google.com.
5. Siswa mengumpulkan hasil pencarian informasi dari internet.
6. Siswa dan guru mempersiapkan pertemuan selanjutnya. Guru memperingatkan siswa untuk memperkaya sumber/bahan bacaan tentang seni rupa Nusantara.

Pertemuan kedua
1. Siswa menyiapkan hasil temuan informasi tentang seni rupa Nusantara dari berbagai sumber.
2. Siswa bertanya-jawab dan diskusi berdasarkan hasil temuan siswa dari internet dan mencermati pembagian sejarah seni rupa Nusantara yang ada di buku teks (hlm. 3–18), kemudian mencatat hasil diskusi.
3. Siswa mengumpulkan hasil diskusi.

Pertemuan ketiga
1. Siswa berkumpul dalam kelompok untuk mendiskusikan latihan II dan III (hlm. 30—31).
2. Siswa melengkapi tabel pada Latihan II dan III.

Pertemuan keempat
1. Siswa secara individual mengerjakan latihan V (hlm. 31).
2. Siswa mengumpulkan tugas.

Pertemuan kelima
1. Siswa secara individual mengerjakan latihan VII (hlm. 32). Tugas ini dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
2. Siswa bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas dalam lima pertemuan terakhir.
3. Menarik kesimpulan materi.

C. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA & MA kelas X – ESIS (hlm. 1–34)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

D. Penilaian
• Latihan II dan III hlm. 30—31.


Format Penilaian

Latihan Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
II Keberagaman dan jumlah jenis karya seni yang diamati
 Keakuratan jenis karya seni sesuai masanya
III Kecermatan mengamati lingkungan rumah dan pengaruh seni yang ada di rumah
 Jumlah karya seni yang diamati di rumah
 Ketepatan pengamatan karya seni sesuai masanya
 Profil rumah mudah dipahami
 Laporan/profil menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
 Jumlah Nilai

• Latihan V (hlm. 31).


Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Kelengkapan semua periode seni
Keakuratan jenis karya seni sesuai periodenya
Kecermatan mengamati dan mendeskripsikan ciri khusus yang umumnya ada pada setiap karya
Komentar bersifat apresiatif dan subjektif
Jumlah Nilai

• Latihan VII (hlm. 32)

Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Kelengkapan definisi untuk tiap istilah
Kedalaman pengetahuan tentang istilah
Ketepatan definisi untuk tiap istilah
Definisi bersifat objektif
Jumlah Nilai

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................

































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ………..
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 1.2. Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat.

B. Materi Pembelajaran
Keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat.

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, praktik, bermain, mengerjakan latihan

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Guru menanyakan pengalaman pribadi siswa jika mereka pernah melihat karya seni masa kini yang memiliki pengaruh budaya masa lalu, atau karya seni di Indonesia yang memiliki pengaruh budaya dari luar Indonesia.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengunjungi museum atau pameran seni (Latihan VI dan VII hlm. 32).
4. Siswa mengamati berbagai karya seni dan membuat portofolio secara berkelompok berupa dokumentasi dan catatan-catatan. Hasil portofolio dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
5. Guru menugaskan siswa untuk memikirkan karya seni yang akan mereka buat sendiri (seni dengan pengaruh budaya tertentu) dan membawa bahan-bahan untuk berkarya pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kedua
1. Siswa mengumpulkan portofolio yang mereka kerjakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa membuat karya seni dengan nuansa budaya tertentu (Latihan V hlm. 31).
3. Siswa dapat melanjutkan pekerjaannya di rumah.

Pertemuan ketiga
1. Siswa melajutkan pengerjaan hasil karya, lalu mengumpulkan hasil karya tersebut pada akhir pelajaran.

2. Siswa bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas.
3. Siswa menarik kesimpulan materi yang dipelajari dalam 3 pertemuan terakhir.

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA & MA kelas X – ESIS (hlm. 1–34)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

F. Penilaian
• Latihan VI dan VII hlm. 32 (membuat portofolio berkelompok).

Lembar Penilaian Portofolio Kelompok
Hari/Tanggal : …………………………………………………….
Nama Kelompok : .................................................................................

No. Sikap/Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Penilaian kelompok
1. Menyelesaikan tugas kelompok dengan baik
2 Kerjasama kelompok
3 Hasil tugas
Jumlah Nilai Kelompok
Penilaian Individu siswa
1. Terlibat dalam pengerjaan portofolio
2. Inisiatif
Jumlah Nilai Individu

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1




• Latihan V halaman 31 (membuat karya seni dengan pengaruh budaya tertentu).

Format Penilaian

Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Deskripsi
Hasil karya
  Siswa memiliki hasil karya yang konkret yang orisinil
Keindahan dan kreativitas pada karya Karya seni menimbulkan kesan estetis dalam diri penikmat karya
Kandungan unsur budaya Karya mengandung satu unsur budaya tertentu
Hubungan dan kesesuaian antara jenis benda dan unsur budaya Ciri khas budaya dan benda hasil karya dapat berhubungan atau tidak / dapat sesuai atau tidak sesuai satu sama lain, tergantung apresiasi penikmat karya
Orisinalitas gagasan Karya seni merupakan hasil buatan sendiri
Jumlah Nilai

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Jawaban Soal Latihan (halaman 19—20)
A.
1. C
2. A
3. E
4. B
5. C
6. E
7. D
8. C
9. B
10. A

B.
1. - Seni rupa murni adalah seni rupa yang dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan, misalnya seni lukis dan seni patung.
- Seni rupa terapan adalah seni yang selain memiliki fungsi estetis (keindahan) juga memiliki fungsi pragmatis, yaitu fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, misalnya seni batik dan tembikar.
2. - Swastika: motif hias yang melambangkan energi dan keselarasan.
- Kala: kepala yang melambangkan waktu.
- Makara: makhluk sejenis buaya yang melambangkan sumber kehidupan.
3. - Jenis yang memiliki ciri bangunan lama pra-Islam. Contohnya adalah makam di Troloyo, Jawa Timur yang dipengaruhi gaya zaman Majapahit. Misalnya terdapat pada motif tanaman dan geometris pada batu nisan yang menyerupai bentuk meander dan tumpal yang biasa terdapa pada candi, serta desain dekorarif yang menyerupai mahkota pintu gerbang candi.
- Jenis yang dipengaruhi oleh bentuk dan motif yang berasal dari luar Nusantara, misalnya dari Kambaya di Gujarat. Salah satunya adalah makam Sultan Malik As Saleh yang memiliki hiasan dan mahkota dengan motif daun dan bunga.
4. - Kegiatan sambilan wong cilik.
- Sebagai komoditas.
- Sebagai tradisi kalangan bangsawan.
- Sebagai usaha dagang orang Cina dan Indo Belanda, dengan ragam hias dan fungsi yang diperuntukkan bagi kalangan terbatas.
- Sebagai kebutuhan seni atau desain.
5. Hal yang melatarbelakangi keragaman budaya Nusantara adalah kehidupan sosial budaya dan letak geografis yang berbeda-beda.

Jawaban Soal Uraian (halaman 21—32)
I.
1. a. Seni lukis
b. Seni patung
c. Seni kaligrafi
d. Seni wayang
e. Seni wastra
2. a. Seni batik
b. Seni tembikar
c. Kerajinan
d. Makam
e. Arsitektur
3. Bentuk seni rupa pada masa prasejarah pada umumnya berupa lukisan dinding yang ada di dalam gua. Objek lukisan dinding itu dapat berupa kepercayaan manusia masa itu tentang dunia gaib, pekerjaannya, binatang buruan, serta gambar tangan dan sosok manusia. Mereka percaya bahwa kegiatan melukis akan memancarkan kekuatan magis. Jenis ekspresi lain seni rupa zaman prasejarah adalah karya berbentuk topeng, perisai, dan patung nenek. Bentuk kesenian lainnya adalah fetisisme dan totemisme.
4. Penggambaran tangan bisa diartikan sebagai ungkapan rasa duka atas kematian, sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur. Selain itu, lukisan itu juga bisa dihubungkan dengan kepercayaan mereka, bahwa cap tangan adalah milik makhluk halus yang pernah menghuni suatu daerah sebelum daerah itu dihuni manusia.
5. Masyarakat zaman prasejarah percaya bahwa kegiatan melukis dan lukisan itu sendiri memancarkan kekuatan magis yang akan memengaruhi binatang yang akan mereka buru.
6. - Fetisisme: kecenderungan manusia yang menganggap bahwa ada benda bertuah yang dapat dijadikan jimat dan melindungi pemakainya dari gangguan dan bahaya.
- Totemisme: kecenderungan manusia menganggap lukisan, hiasan, dan patung sebagai benda jelmaan manusia setangah binatang.
7. Nekara merupakan benda peninggalan bersejarah yang terbuat dari logam berbentuk seperti meja bundar dan memiliki ruang di bawahnya. Pada masa lalu, benda ini berfungsi untuk mendatangkan hujan. Caranya adalah dengan memukul permukaan datar di atasnya seperti tambur atau drum.
8. Seni rupa zaman Hindu-Buddha mulai memengaruhi seni Nusantara sejak abad pertama Masehi. Pengaruh terkuat berasal dari India, terutama karena agama Hindu. Sejak abad ke-1 hingga abad ke-13 Masehi, seni arsitektur, patung, dan lukisan berkembang pesat. Karya seni rupa lain yang berkembang pada masa ini adalah seni patung dan seni relief.
9. a. Bunga teratai atau padma yang berarti simbol singgasana ketuhanan yang paling tinggi.
b. Swastika yang berarti motif hias yang melambangkan energi dan keselarasan.
c. Makara yang berarti makhluk sejenis buaya yang melambangkan sumber kehidupan.
d. Kinara yang berarti mahkluk setengah manusia setengah burung yang melambangkan makhluk halus (dewa) penghuni langit.
10. - Epik Ramayana: cerita tetang kehidupan Rama.
- Mahabarata: serita kepahlawanan; kebaikan melawan kejahatan.
11. a. Gambar di atas adalah gambar relief ramayana yang tedapat pada Candi Prambanan.
b. Relief tersebut mengandung cerita Ramayana, yaitu kisah kepahlawanan khas India yang menceritakan kehidupan Rama. Rama adalah titisan dewa Wisnu yang ke-8. Ia diutus ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. Relief itu terdapat pada dinding balkon Candi Siwa dan Candi Brahma di kompleks Candi Prambanan.
12. Perkembangan seni rupa zaman Islam terepresentasi dalam 4 jenis kesenian, yaitu seni kaligrafi, seni wayang, seni makam, dan batik. Kesenian pada masa itu tidak murni khas Islam, tetapi juga memiliki pengaruh Hindu. Misalnya terdapat pada kijing yang terbuat dari batu dan wayang yang berbentuk tokoh Ramayana, tetapi memiliki karakter ulama besar Islam.
13. a. Seni kaligrafi. Seni jenis ini terdapat pada pintu gerbang masjid, istana, dan hiasan pada keris.kaligrafi juga dapat ditemukan pada bendera, panji-panji kerajaan Islam, dan busana.
b. Makam. Makam peninggalan seni rupa Islam pertama kali ditemukan di Aceh, kerajaan Pasai pada abad ke-13 Masehi.
c. Wayang. Wayang digunakan oleh para ulama dan wali untuk menyeberkan agama Islam
d. Batik. Batik merupakan kesenian yang khas Indonesia. Batik memiliki berbagai motif khas alam Indonesia.
14. a. Wayang beber adalah wayang yang berupa lukisan wayang pada permukaan kertas atau kain yang lebar. Tiap lembar kain/kertas berisi 1 adegan cerita.
b. Wayang golek adalah wayang 3 dimensi yang memerankan tokoh cerita epos Hindu-Buddha atau tokoh besar agama Islam. Wayang ini terbuat dari kayu dan mengenakan pakaian terbuat dari kain.
c. Wayang kulit adalah wayang 2 dimensi dengan bahan dasar kulit dan memiliki ornamen detail dan rumit. Wayang jenis ini digunakan para penyebar agama Islam untuk berdakwah.
15. a. Pekalongan
b. Solo
c. Bali
16. Pada zaman Islam, kesenian berpusat di istana karena pada masa itu peran sunan dan sultan sangat dominan. Kedua golongan pemimpin tersebut bekerja sama dalam menyebarkan agama Islam dan mengembangkan karya seni.
17. Kedudukan seni pada zaman Islam berbeda dengan zaman sebelumnya, yakni Hindu-Buddha. Pada zaman Islam, kerya seni yang menunjukkan bentuk tiruan mahkluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) dilarang untuk dibuat. Sebagai gantinya, seni zaman Islam banyak menggunakan bentuk-bentuk geometris. Namun, pada sisi lain, seni juga berfungsi untuk menyebarkan agama Islam. Para ulama menyebarkan ajaran Islam melalui seni yang sudah ada dan dikenal masyarakat, miasalnya wayang kulit.
18. Pada zaman Islam, penggambaran makhluk hidup ditabukan karena ajaran agama Islam melarangnya. Sebabnya adalah untuk menghindari munculnya rasa kagum terhadap bentuk hewan dan manusia dan mengakibatkan pemujaan terhadap bentuk-bentuk tersebut. Padahal, agama Islam hanya menghendaki pemujaan terhadap Tuhan yang menciptakan makhluk hidup.
19. Makam Raja Samudra Pasai mengandung pengaruh Islam karena nisannya berbentuk tongkat batu, berbeda dengan nisan biasanya yang menyerupai bangunan punden (pengaruh Hindu), selain itu, nisan tersebut juga mengandung tulisan Arab.
20. a. Jenis yang memiliki ciri bangunan lama (pra-Islam).
b. Jenis makam yang dipengaruhi oleh bentuk dan motif yang berasal dari luar Nusantara.
21. Wayang sebagai sumber nilai mengandung ajaran tentang penghormatan kepada alam, nenek moyang, dan kepada dewa-dewi. Penghormaan itu dilakukan oleh manusia sebagai representasi keinginan dasar manusia untuk berhubungan dengan kekuatan adikodrati (supranatural), kepemimpinan, dan kepahlawanan. Penghormatan itu juga dilakukan manusia sebagai bentuk hubungan manusia-Tuhan dan hubungan antarmanusia.
22. Gambar itu merupakan gambar wayang golek yang sedang dimainkan oleh seorang dalang. Wayang itu mungkin merupakan tokoh Srikandi atau tokoh Arjuna karena digambarkan sedang menarik panah.
23. Mitos tersebut bercerita tentang istri Pangeran Jenggala Lembu Ami Luhur. Putri dari Coromandel ini senang mengajari orang Jawa menenun, membatik, dan mewarnai kain. Sejak itu, kain batik dengan berbagai motif menjadi bagian dari identitas busana dan budaya raja.
24. - Kegiatan sambilan wong cilik.
- Sebagai komoditas.
- Sebagai tradisi kalangan bangsawan.
- Sebagai usaha dagang orang Cina dan Indo Belanda, dengan ragam hias dan fungsi yang diperuntukkan bagi kalangan terbatas.
- Sebagai kebutuhan seni atau desain.
25. Pengaruh kebudayaan Cina pada seni Nusantara hanya terdapat pada aspek kebendaan. Pengaruh itu masuk ke Nusantara pada tahun 250 dan 400 Masehi, yaitu ketika hubungan lalu lintas perdagangan Indonesia-Cina terjalin. Selain hubungan perdagangan, hubungan politik juga memengaruhi perkembangan budaya itu.
26. a. Arsitektur. Arsitektur yang mendapat pengaruh budaya Cina ada pada tempat-tempat ibadah dan relief-relief candi. Di Bali, arsitektur Cina ditemukan pada pura dan istana, serta ada pula pemasangan piring-piring Cina di dinding masjid.
b. Pola wastra. Batik yang mengandung pengaruh Cina cenderung memiliki warna terang dan berwarna-warni. Perkembangan batik bernuansa Cina dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan selera pasar.
c. Perabot atau benda-benda rumah tangga. Perabot yang memiliki pengaruh budaya Cina misalnya perabotan taman, hiasan keramik, dan pot bunga.
27. a. Tempat ibadah. Misalnya pada masjid Kalinyamat yang terletak di Jepara, Jawa Tenngah. Pada masjid itu terdapat pahatan batu gamping dan gambar awan yang khas Cina.
b. Relief candi, misalnya pada Candi di Jawa Timur.
c. Beberapa Istana di Bali, misalnya istana Gianyar yang mengandung unsur Cina dan budaya setempat, terutama pada atap dan pintu gerbangnya.
28. Burung funiks merupakan burung yang sering dijadikan ragam hias oleh orang Cina. Gambar burung berbuntut panjang ini biasanya terdapat pada selendang Lokcan berbahan sutra.
29. Batik Jawa dengan pengaruh Cina biasanya memiliki warna terang dan beraneka macam warna.
30. - Piring: banyak piring masa kini yang bermotif swastika dan awan.
- Bantal: saat ini banyak dijual bantal yang berbentuk kotak dan silinder kecil seperti bantal khas Cina.
- Hiasan keramik dan pot bunga: kedua benda keramik itu selalu populer sepanjang masa. Bahkan, keramik dan gentong yang mahal selalu diidentikkan dengan keramik buatan Cina.
31. Perkembangan seni dengan pengaruh dari Eropa terdapat dalam beberapa jenis, yaitu seni arsitektur, seni busana, dan perabot rumah tangga.
32. - Seni arsitektur: misalnya terdapat pada bangunan aula dan museum.
- Seni busana: misalnya terdapat pada busana tentara kesultanan Jawa.
- Perabot rumah tangga: misalnya terdapat pada kursi sofa, gorden, dan pintu gerbang.
33. - Perabot rumah tangga, karena orang Indonesia asli umumnya tidur di atas dipan bambu atau duduk di lantai tanah. Kini, orang Indonesia menggunakan kasur busa untuk tidur, serta kursi sofa untuk duduk.
- Pakaian, karena semua pakaian yang kita kenakan sehari-hari berupa kaus, celana panjang, jaket, dan sepatu, bukan kain dan selop.
34. Secara umum, bangunan gedung, dinding berkapur, pintu kayu, lantai keramik, dan plafon bergaya Eropa, sedangkan atapnya bergaya Sunda.
35. Hal tersebut bermula dari sultan yang tidak bisa menerima perbedaan besar ketika melihat tamu Belanda-nya duduk di kursi, sedangkan ia duduk di lantai. Maka, ia mulai mengganti tempat duduknya dengan kursi bergaya Eropa. Ia juga mengganti perabot rumah lainnya.
36. Latar belakang sosial-budaya Indonesia sangat beragam. Hal itu menimbulkan keragaman seni dan budaya Indonesia secara keseluruhan. Keberagaman itu juga dipengauhi oleh waktu dan kondisi geografis Indonesia yang juga bervariasi.

II.
1. Hindu-Buddha 1. Kursi taman terbuat dari batu yang diukir
2. Dinding pada sisi kanan kiri gerbang berhadapan seperti gapura
3. Fondasi tiang bendera atau podium yang bertingkat-tingkat seperti candi
2. Islam 1. Masjid
2. Kaligrafi
3. Makam
3. Cina 1. Amplop angpao
2. Barongsai
3. Baju dengan kerah bergaya Shanghai
4. Eropa 1. Makanan, seperti roti dan keju
2. Sofa
3. Pintu gerbang berat terbuat dari besi yang berukir-ukir

III Contoh jawaban.
Rumah saya berbentuk persegi dengan pintu utama berupa dua kayu jati berukir yang diberi pernis. Di depan pintu itu terdapat tangga yang terhubung dengan taman yang ada di depannya. Selain itu, di atas berandanya terdapat atap yang disangga dua tiang besar bergaya Eropa. Pintu gerbang rumahku juga bergaya eropa, yaitu gerbang besar yang dapat digeser, serta terbuat dari besi berukir.
(dan seterusnya)

V
No. Periode Hasil karya Ciri Khusus Komentar
1. Prasejarah Lukisan dinding dalam gua
Fetisisme
Totemisme Pola berbentuk manusia, hewan atau benda alam seperti ombak, serta hal yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti perahu dan tombak







Komentar subjektif, sesuai pengalaman siswa
2. Zaman Hindu-Buddha Kuil/ candi
seni patung
seni relief Elemen batu
bangunan bersusun tumpuk/punden berundak-undak
3. Zaman Islam Seni kalirafi
makam
wayang kulit
batik Motif kaligrafi
tulisan Arab
4. Pengaruh Cina Ornamen arsitektur
pola wastra
benda-benda rumah tangga Penggunaan warna merah darah dan emas
penggunaan motif swastika, megamendung, dan burung puniks berekor panjang
5. Pengaruh Kolonial Ornamen arsitektur
seni lukis Tiang-tiang besar, pintu-pintu besi dan kayu yang lebar dan berat

VIII
Istilah Definisi
swastika Motif hias yang melambangkan energi dan keselarasan
kosmos Dunia; alam semesta
dekorasi Hiasan; gambar
kinara Sejenis makhluk setengah manusia setengah burung yang merupakan makhluk penghuni langit
geometrik Karya seni yang berhubungan dengan sudut, garis, bidang, ruang
mitos Cerita yang berhubungan dengan dewa-dewa
ornamen Hiasan yang dipahat pada dinding candi, bangunan, dan lain-lain
konstelasi Kedudukan, keadaan pada suatu waktu
wastra Tenun
ornamental Bersifat hiasan


IX
Jawaban Soal Latihan (hlm 32—34)
1. A
2. B
3. E
4. B
5. B
6. B
7. E
8. no clue
9. C
10. A


Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................


























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ……………..
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 2.1. Merancang dan membuat karya seni rupa terapan dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• membuat karya seni hias dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni patung dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni bangunan dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni anyaman dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni tembikar dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni ukir dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni sesajen dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat karya seni lukisan wayang dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.
• membuat ilustrasi naskah dengan memanfaatkan teknik dan corak Nusantara.

B. Materi Pembelajaran
• Seni hias
• Seni patung
• Seni bangunan
• Seni anyaman
• Seni tembikar
• Seni ukir
• Seni sesajen
• Lukisan wayang
• Ilustrasi naskah

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, pemberian tugas penyusunan kronologi dan peta konsep.



D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Siswa membaca ulasan tentang berbagai jenis karya seni pada buku teks halaman 36—45.
2. Siswa membuat kesimpulan tentang karya-karya seni rupa Nusantara dalam 5 kalimat singkat dan padat.
3. Siswa mengumpulkan tugas.

Pertemuan kedua
1. Siswa berkumpul dalam kelompok untuk mengerjakan latihan V halaman 57.
2. Siswa mencari situs-situs tentang pusat seni yang ada di Indonesia melalui media internet.
3. Siswa membuat kliping berdasarkan informasi yang berhasil mereka temukan

Pertemuan ketiga
1. Siswa mengumpulkan tugas kliping yang mereka kerjakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa mengerjakan latihan I halaman 48, nomor 1—20.

Pertemuan keempat
1. Siswa mengumpulkan latihan yang telah mereka kerjakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa melanjutkan mengerjakan latihan I nomor 21—41.

Pertemuan kelima
1. Siswa mengumpulkan latihan yang telah mereka kerjakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa mengerjakan latihan VII pada halaman 58.
3. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk kegiatan pertemuan selanjutnya.

Pertemuan keenam
1. Siswa berkumpul dalam kelompok.
2. Siswa mengunjungi pusat kerajinan dan membuat profil lengkap pusat kerajinan tersebut (latihan VI halaman 57).
3. Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa, yaitu mengerjakan latihan III halaman 56 (menginventarisasi benda seni yang ada di rumah siswa).

Pertemuan ketujuh
1. Siswa mengumpulkan dua tugas yang telah diamanatkan guru pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa mengerjakan latihan halaman 58—60.
3. Guru menugaskan siswa membawa peralatan dan perlengkapan untuk mengerjakan tugas IV pada pertemuan selanjutnya.


Pertemuan kedelapan
1. Siswa mengerjakan tugas IV halaman 57 dengan peralatan yang mereka persiapkan.

Pertemuan kesembilan
• Siswa melanjutkan mengerjakan tugas IV hingga selesai.
• Siswa mengumpulkan tugas.
• Siswa bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas.
• Menarik kesimpulan materi.

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA & MA kelas X – ESIS (hlm. 36—60)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

F. Penilaian
• Penilaian latihan IV
Aspek Penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa dapat membuat karya kreatif
Siswa dapat membuat karya imajinatif
Karya memiliki bentuk rapi dan mengandung estetika
Karya memiliki fungsi tertentu
Karya memiliki nilai dan makna tertentu

• Penilaian latihan V
Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu menemukan situs tentang pusat seni terapan
Siswa menyertakan foto hasil karya seni yang ada di pusat seni tersebut
Siswa mencantumkan nama tempat, daerah.lokasi,
Siswa menyertakan jenis-jenis barang kesenian yag terdapat di daerah itu
Siswa menyertakan berbagai informasi penting lainnya tentang tempat itu (misalnya workshop seni yang pernah diadakan di sana, pameran terakhir, bazar, dan lain-lain)

• Penilaian latihan VI
Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu mengungjungi satu pusat kerajinan atau studio
Profil memuat nama tempat, alamat, peta lokasi, waktu buka (hari dan jam)
Profil memuat nama pendiri dan pengelola, tanggal berdirinya, tujuan didirikan
Profil memuat jenis seni yang terdapat di dalamnya dan contoh nama-nama hasil karya (misalnya lampion, lukisan kaca)
Profil memuat foto karya seni
Profil memuat berbagai kegiatan yang pernah diadakan di tempat itu (misalnya workshop, pameran)
Profil memuat sarana penunjang apresiasi seni yang ada di tempat itu
Profil memuat informasi lain yang dapat membuat orang lain tertarik untuk datang ke tempat itu.

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Jawaban Soal Latihan (halaman 46—48)
A.
1. A
2. B
3. no clue
4. E
5. E
6. C
7. A
8. A
9. C
10. C

B
1. Parholin adalah sarkofagus atau sebutan untuk peti mati di daerah Samosir, Sumatra Utara.
2. - Jagoan (tokoh yang berhadapan).
- Playon (tokoh yang menghadap ke arah yang sama).
3. Kaligrafi dan non-kaligrafi.
4. Relief itu dipahat pada dinding pagar balkon Candi Siwa dan Candi Brahma dalam kompleks Candi Prambanan. Relief itu menceritakan kehidupan Rama, yaitu titisan dewa Wisnu yang kedelapan. Ia diutus untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Jawaban Soal Uraian (halaman 21—32)
I.
1. Keragaman seni Nusantara disebabkan oleh faktor wilayah, waktu, kepercayaan, dan kehidupan sosial-budaya masyarakatnya.
2. - seni hias
- seni patung
- seni bangunan
- seni anyaman
- seni tembikar
- seni ukir
3. Lain tenun, damarkurung (lampion), dan hiasan kulit kayu.
4. Damarkurung/pelita yang ditutupi tudung berbentuk kotak yang terbuat dari kertas. Biasanya, Damarkurung memiliki gambar bertema sakral dan profan. Cerita tentang idul fitri, ikan duyung, dan Rojomino merupakan contoh gambar bertema sakral.
5. a. mikrokosmos: alam/dunia kecil ang menjadi bagian dari alam semesta.
b. makrokosmos: alam semesta yang melingkupi kita.
c. metakosmos: sesuatu yang ada di luar dunia yang kita diami.
6. sakral: cerita tentang idul fitri, ikan duyung, dan Rojomino
profan
7. Prinsip masyarakat Hindu-Buddha bahwa keberadaan alam semsta (baik makro, mikro, dan metakosmos) adalah suatu keutuhan, kesatuan, serta tidak terbatas ruang dan waktu.
8. Seni patung di Nusantara memiliki berbagai fungsi yang berbeda-beda. Pada masa lalu, patung merupakan representasi dewa atau nenek moyang, disembah dan memiliki fungsi ritual. Saat ini, patung lebih banyak memiliki fungsi estetis, misalnya sebagai penghias ruangan.
9. Sarkofagus merupakan patung yang berfungsi seperti peti mati. Fungsi sarkofagus adalah untuk menyimpan tulang belulang masyarakat Batak dari golongan ningrat. Nama lain sarkofagus di Batak adalah parholin.
10. Patung yang berdiri sendiri (bukan bagian dari bangunan) dan patung relief (menyatu dengan bangunan).
11. a. Surakarta, Jawa Tengah.
b. Yogyakarta, Jawa Tengah.
c. Samosir, Sumatra Utara.
d. Dayak, Kalimantan.
e. NTT.
12. Seni bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal, umumnya dulu terbuat dari material kayu. Bangunan ibadah di era Hidu-Buddha terbuat dari material batu.
13. Patung ganesha/dewa ilmu pengetahuan dan penolah marabahaya. Terdapat pada candi Siwa. Dewa itu selalu disebut pertama kali dalam setiap upacara keagamaan.
14. Candi merupakan replika alam karena mencakup dunia manusia dan dunia dewa. Demikianlah ajaran agama Hindu.
15. Anyaman, awalnya memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya (fungsi pragmatis), seperti perabot dan perkakas. Bahan untuk membuat anyaman cukup berlimpah dan mudah didapat. Oleh karena itu, masyarakat memproduksi barang anyaman untuk dijual dan menjadi barang komoditi yang bisa menambah penghasilan.
16. - daun tal (palmyra)
- gebang (corphya)
- lalang (imperata cylindrica)
- purun
- daun kelapa muda
- rotan dan bambu
17. - Fungsi estetis, berarti anyaman memiliki fungsi keindahan, misalnya atap bambu yang eksotis dan tas bambu yang cantik.
- Fungsi pragmatis, berarti anyaman bambu memiliki fungsi tertentu bagi aktivitas manusia, misalnya caping untuk menutup kepala dan tudung saji untuk menutup makanan.
18. - Tasikmalaya (Jawa Barat).
- NTT.
- Lombok.
- Padang.
- Bali.
19. (jawaban sesuai pemahaman dan pengalaman siswa)
20. A. Nama: tas, dompet.
Bahan: akar tanaman.
Fungsi: untuk menyimpan atau membawa sesuatu.
 B. Nama: kotak penyimpan barang.
Bahan: kulit bambu.
  Fungsi: untuk menyimpan berbagai macam barang.
 C. Nama: tudung saji.
Bahan: rotan.
Fungsi: untuk menutupi makanan di atas meja dari kotoran.
21. Tembikar di Nusantara ada sejak zaman prasejarah. Tembikar di Nusantara tertua ditemukan di desa Kalumpang, Sulawesi Selatan. Tembikar itu diperkirakan berasal dari tahun 3500—2500 SM. Berbeda pada masa-masa sebelumnya yang cenderung berfungsi sebagai peralatan hidup, pada abad ke-14 tembikar juga berfungsi sebagai celengan dan hiasan. Saat ini, fungsi dan desain tembikar dipengaruhi oleh seniman, pemerintah, wisatawan dan produsen cendera mata. Pamor tembikar menurun karena adanya perabot yang terbuat dari logam. Namun, pembuatan tembikar saat ini juga telah memanfaatkan toknologi modern.
22. a. Galagandang, Payakumbuh, Sumatra Barat.
b. Kayu Agung, Sumatra Selatan.
c. Ciruas, Banten.
d. Kampung Ajun, Indramayu.
e. Bayat dan Kolon di Klaten, Jawa Tengah.
f. Banyumuluk, Panunjuk, dan Mastagih di Lombok.
23. Puncak perkembangan seni tembikar di Majapahit berlangsung pada abad ke-14. Tembikar tidak hanya berfungsi sebagai peralatan hidup sehari-hari, tetapi juga sebagai celengan, relief hias bangunan, dan patung.
24. - Kasongan: sejak 20 tahun yang lalu, ada tembikar berbentuk binatang, lalu tembikar juga memiliki fungsi dekoratif.
- Pejaten: seni tembikar berkembang karena ada teknik produksi baru dan perubahan dari teknik bakaran rendah ke teknik bakaran tinggi.
- Ciruan (Banten) dan plered (Jawa Tengah): terjadi perubahan juga karena adanya teknik produksi yang lebih modern.
25. (jawaban relatif, sesuai pengalaman dan pemahaman siswa)
26. Jika jenazahnya merupakan seorang pendeta, ukiran pada peti matinya berbentuk benteng. Jika jenazahnya merupakan seorang raja, ukiran pada peti matinya berbentuk singa.
27. - Yogyakarta
- Surakarta
- Jepara
- Batak
- Minangkabau
- Toraja
- Bali
28. Biasanya berbentuk manusia, taru, dan satwa, atau ragam hias abstrak. Biasanya, ukiran terdapat pada tembok, pintu, jendela, dan plafon.
29. Sesajen merupakan dasar semua jenis ritual upacara adat. Sesajen bersifat instan, atau hanya berfungsi sementara, yaitu saat upacara/ritual berlangsung. Unsur/bahan sesajen berbeda-beda sesuai daerah dan kepentingannya. Sesajen di Bali berisi tepung beras, bagian tubuh hewan, kertas, daun palem, kayu bambu dan rotan. Alas sesajen biasanya daun pisang, daun kelapa, atau daun palem yang dianyam.
30. Karena sesajen hanya berfungsi sementara, yaitu saat upacara/ritual berlangsung.
31. Seni lukisan wayang berlaku pada wayang beber, yaitu pertunjukan wayang yang menggunakan media gambar wayang di atas kain atau kertas yang lebar. Tiap bentangan kain/kertas mengandung adegan tertentu (prompangan). Oleh karena itu, gambar merupakan unsur yang penting.
Seni lukis wayang tidak hanya berfungsi untuk dipertunjukkan, tetapi juga berfungsi sebagai hiasan pada jenis-jenis seni lainnya. Misalnya, lukisan wayang digunakan sebagai hiasan pura di Bali.
32. a. Prompangan: adegan dalam pertunjukan wayang beber yang direpresentasikan melalui gambar wayang pada bentangan kain/kertas.
b. Jagoan: gambar tokoh yang saling berhadapan pada pertunjukan wayang beber.
c. Playon: gambar tokoh wayang berupa sekelompok rakyat yang menghadap ke arah yang sama.
33. Dahulu, wayang digunakan sebagai media untuk menyampaikan cerita. Saat ini, wayang juga dapat berfungsi sebagai hiasan serta motif/gaya pada jenis-jenis seni yang lain.
34. Sekuen adalah penggalan kisah pewayangan, atau babak-babak cerita.
35. Ilustrasi naskah merupakan gambar pada naskah tulis dengan media apa pun yang berfungsi sebagai hiasan sekaligus visualisasi kandungan isi naskah. Ilustrasi naskah muncul di nusantara sejak abad ke-8. Ilustrasi naskah tertua terdapat pada prasasti batu dan logam abad ke- 8 dan ke-16.
36. - sebagai hiasan naskah
- sebagai visualisasi kandungan isi naskah
37. Penting, karena ilustrasi akan memperkuat imajinasi dan pemahaman pembaca terhadap hal yang diungkapkan di dalam naskah.
38. Seni lukisan kaca ditemukan pertama kali di Belanda pada abad ke-14. Pada abad ke-19, lukisan kaca dikapalkan dari Belanda ke Jepang melalui Batavia (Jakarta) sehingga kemudian dikenal oleh orang Indonesia. Setelah itu, seni lukisan kaca berkembang secara terbatas di kalangan istana. Sebebnya adalah harga kaca yang sangat mahal. Objek lukisan kaca terdiri atas 2 jenis, yaitu kaligrafi dan non-kaligrafi (misalnya wayang dan pemandangan alam).
39. Karena pada saat itu harga kaca sangat mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat biasa.
40. - ilustrasi adegan cerita rakyat
- tokoh-tokoh wayang
- gambar masjid
- pemandangan alam
41. - Nasrin H.
- Johar
- Astika
- Rastika
- Haryadi Suadi
- Djumelan
- Guruh
- Toto Sunu

VI Contoh Profil
Nama Galeri: Maya Gallery
Lokasi: Kemang Utara, Jakarta Selatan
Pengelola: Maya Stanley
Tanggal berdiri: 3 Juni 1996
Waktu buka: setiap hari, pukul 10 pagi hingga pukul 9 malam
Jenis barang yang dipamerkan
1. lukisan
2. keramik
3. karya seni instalasi
Sarana : ruang pameran
: ruang lelang
: ruang workshop
: kolam renang dan kafe
: lapangan parkir

VII
Istilah Definisi
religius Ketuhanan, keilahian
estetis Bersifat indah
relief Gambar timbul, misalnya gambar pahatan pada dinding candi
gerabah Alat-alat masak yang terbuat dari tanah liat
metakosmos Sesuatu yang ada di luar/di balik dunia yang kita diami
tembikar Barang-barang, seperti periuk, pot bunga, dan lain-lain
artistik bersifat/mengandung unsur seni tinggi
sajen Sajian berupa makanan-makanan, bunga, dan benda-benda lain yang disajikan kepada dewa atau makhluk halus
simbol Lambang, hal yang melambangkan
makrokosmos Alam semesta yang melingkupi kita
mikrokosmos alam/dunia kecil yang menjadi bagian dari alam semesta
Wayang beber Wayang yang media pentasnya berupa lukisan wayang pada kain/kertas lebar yang dibentangkan ketika pentas/ketika dalang bercerita
visualisai Penggambaran
lampion Pelita yang ditutupi tudung berbentuk bulat/kotak yang terbuat dari kertas
ekspresi Ungkapan perasaan (jiwa)



VIII
Jawaban Soal Latihan (hlm 58—60)
1. E
2. B
3. E
4. B
5. E
6. A
7. A
8. B
9. B
10. B



Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................

























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ………………………………………………..
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : 3. Mengapresiasi karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 3.1. Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• menyebutkan dan menjelaskan berbagai bahan yang dapat digunakan untuk membuat karya seni hias.
• menyebutkan dan menjelaskan teknik yang digunakan dalam berbagai karya seni hias.
• menyebutkan dan menjelaskan nilai-nilai dalam berbagai karya seni hias.

B. Materi Pembelajaran
• Bahan seni hias, seni patung, seni wayang, seni sesajen, seni tembikar, seni anyaman.
• Teknik seni anyaman, seni tembikar, seni sesajen, lukisan wayang.
• Nilai seni hias, seni patung, seni anyaman, seni sesajen, seni wayang.

C. Metode Pembelajaran
Pendekatan diskusi, latihan, praktik.

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Siswa membaca materi tentang bahan, teknik, dan nilai karya seni Nusantara yang ada di buku teks (hlm. 63—71).
2. Siswa membuka internet dan mencari situs yang memuat profil pusat kerajinan Nusantara.
3. Siswa membuat profil pusat kerajinan (tugas IV hlm. 82).
4. Tugas dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kedua
1. Siswa mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya.
2. Siswa membuka internet untuk memeroleh informasi dan mengunduh gambar-gambar karya seni rupa terapan untuk pengerjaan tugas II hlm 81.
3. Siswa mendaftar karya-karya seni tersebut dan menjelaskan bahan dan teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni tersebut (mengerjakan tugas II hlm 81).
4. Tugas dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.


Pertemuan ketiga
1. Siswa mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya.
2. Siswa mengerjakan latihan I hlm. 73—80.
3. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas V hlm. 82. Pengerjaan tugas ini dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan keempat
1. Siswa mengunjungi pusat kerajinan (kegiatan ini dapat dilanjutkan di luar jam belajar sebagai PR kelompok).
2. Siswa membuat laporan kunjungan, dilengkapi dengan teknik singkat pembuatan karya seni yang telah diamati secara langsung (latihan V hlm. 82).
3. Tugas dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kelima
1. Siswa mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya.
2. Siswa mengerjakan latihan VI hlm. 82—84.
3. Guru menugaskan siswa memikirkan proyek pembuatan karya seni terapan (tugas III hlm. 82).

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA dan MA kelas X – ESIS (hlm. 62—84)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

F. Penilaian
Tugas II hlm. 81
Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu melengkapi daftar dengan 5 jenis karya atau lebih dari 5 jenis karya
Siswa mampu menyebutkan daerah-daerah penghasil tiap karya seni, minimal 3 nama daerah
Siswa mampu mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat tiap karya seni
Siswa mampu menjelaskan proses pembuatan karya seni secara teliti dan berurutan


Tugas V hlm. 82
Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu menemukan satu tempat pusat kerajinan
Siswa mampu membuat cerita singkat pengalaman mereka mengunjungi tempat tersebut
Siswa mampu menunjukkan bukti dokumentasi kunjungan mereka secara konkret (contoh hasil karya, brosur, foto, atau rekaman kamera digital)
Siswa mampu menjelaskan teknik/proses pembuatan karya seni secara jelas dan terperinci
Siswa mampu menjelaskan fungsi karya seni
Siswa mampu menyajikan laporan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Kalimat laporan jelas dan mudah dipahami

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1


Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................









RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : …………..
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : 3. Mengapresiasi karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 3.2. Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• menunjukkan hasil karya seni hias buatan tangan sendiri, serta dapat menjelaskan bahan, teknik, dan nilainya.

B. Materi Pembelajaran
• Pembuatan karya seni hias dengan bahan, teknik, dan nilai yang ditentukan sendiri.

C. Metode Pembelajaran
Pendekatan model life skill

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Guru mendata jenis dan rencana karya seni yang akan dibuat siswa.
2. Siswa memulai berkarya.
3. Tugas dilanjutkan di rumah.

Pertemuan kedua
1. Siswa melanjutkan pengerjaan karya seni.
2. Siswa mengumpulkan tugas karya seni.
3. Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas.
4. Menarik kesimpulan materi.

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA dan MA kelas X – ESIS (hlm. 62—84)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet



F. Penilaian

Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Karya mencerminkan kreativitas
Karya bersifat imajinatif
Pembuatan karya menerapkan pengetahuan siswa tentang teknik dan proses pembuatan karya seni terapan

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Jawaban Soal Latihan (halaman 72—73)
A.
1. D
2. C
3. A
4. E
5. B
6. A
7. C
8. E
9. E
10. A

B.
1. - daun tal (palmyra)
- gebang (corphya)
- lalang (imperata cylindrica)
- purun
- daun kelapa muda
- rotan dan bambu
2. - pertama, tanah dikeringkan, ditumbuk dan disaring, kemudian tanah dicampur air dan pasir, lalu diaduk. Hasil pecampuran ini siap dicetak dan dibentuk.
- kedua, tahap penggulungan atau pembentukan. Pada tahap ini, bahan yang telah jadi lalu digulung, ditumbuk, dan dibentuk sesuai model yang dikehendaki.
- ketiga, setelah berbentuk, tanah dikeringkan dengan cara dijemur hingga benar-benar kering. Setelah itu, gosok permukaannya dengan batu kuarsa/porselen hingga halus.
- keempat, tahap pembakaran, periuk yang telah dibentuk, disusun dan dibakar dengan suhu tertentu.
3. Sesajen dibuat sebagai persembahan kepada alam, leluhur, dan dewa. Di Bali, sesajen berisi buah pinang, sirih hijau, dan kapur sirih. Buah pinang merupakan sesajen untuk Bahra, sang pencipta. Sirih hijau untuk Wisnu, sang pemelihara. Kapur sirih untuk Siwa Porosan.
4. Wayang kulit awalnya berfungsi sebagai media hiburan. Namun, saat ini wayang kulit juga dapat dijadikan pajangan atau hiasan. Perkembangan bentuk wayang kulit di Indonesia dipengaruhi oleh masuknya agama Islam. Dahulu, bentuk wayang menyerupai gambar pada relief candi. Bentuk itu berubah ketika Islam masuk karena para kyai menghidari penggambaran langsung bentuk manusia.
5. - teknik menganyam/menjalin.
- teknik menggulung.

Jawaban Soal Uraian (halaman 73—80)
I.
1.
Jenis Seni Hias Bahan Dasar
Seni anyaman Kulit bambu, rotan
Seni kaca patri Kaca, almunium, besi
Patung Batu, kayu
Tembikar Tanah liat
Ukiran Emas, peral, kayu, batu

2. a. Ukiran kayu, misalnya pada kayu jati dan mahoni.
b. Ukiran batu, misalnya yang terdapat pada candi.
3. a. Bahan dasar patung dapat berupa kayu, batu, dan semen (gips).
b. Kayu dan batu dibentuk dengan cara diukir atau dipahat.
c. Gips dibentuk dengan cara dicetak.
4. Batu
5. - Wayang golek berasal dari Klaten.
- Wayang kulit berasal dari Yogyakarta.
- Wayang beber berasal dari Bali.
6. - Bali: bunga, buah pinang, sirih hijau, daun palem, dan kapur sirih.
- Upacara perkawinan di Bali dan Jawa: daun palem, daun pisang, bunga, buah, kembang mayang.
7. a. teknik menganyam/menjalin: dibuat dengan cara menyusun sulur secara berjajar rapat. Kemudian, sulur lainnya dimasukkan secara berselang-seling dengan posisi tegak lurus dengan jajaran sulur yang pertama.
b. teknik menggulung. Teknik menggulung lebih rumit dari teknik menganyam. Pembuatannya adalah dengan cara memilin-milin bahan sesuai kerangka, dan dimulai dari titik pusat. Hingga meligkar atau melebar ke sekalilingnya. Setelah tersusun, anyaman dijalin dengan benang yang halus.
8. a. bilah bambu dan rotan hasilnya keranjang.
b. mendong hasilnya tikar.
c. tali hasilnya table mats dan keset.
d. bilah bambu hasilnya pengki, kukusan, topi caping.
e. pandan hasilnya sandal dan tikar.
9. - gambar 1: tanah dikeringkan, ditumbuk dan disaring, kemudian tanah dicampur air dan pasir, lalu diaduk.
- gambar 2: hasil pecampuran pada tahap 1 siap dicetak dan dibentuk.
- gambar 3: tahap penggulungan atau pembentukan. Pada tahap ini, bahan yang telah jadi digulung, ditumbuk, dan dibentuk dengan bentuk dasar pada alat putar agar memiliki ketebalan yang sama dan berbentuk bundar sempurna.
- gambar 4: seniman dapat membentuk gerabah sesuai model dan bentuk yang dikehendaki.
- gambar 5: seniman juga dapat menambah motif-motif variasi dan hiasan pada permukaannya.
- gambar 6: tahap pembakaran, periuk yang telah dibentuk, disususn dan dibakar dengan suhu tertentu.
- gambar 7: gerabah siap dijual atau digunakan.
10. a. Upacara pernikahan di Jawa Tengah: sesajen dibuat dengan cara menyiapkan daun palem atau daun pisang sebagai bahan dasar. Daun tersebut dipotong dan dianyam hingga berbentuk burung kecil dan nampan kecil. Burung dan nampan disusun hingga membentuk jambangan dan tugu yang tinggi. Lalu, jambangan dan tugu itu digabungkan dengan bunga, buah, dan kembang mayang.
b. Perayaan Penjor di Bali: anyaman daun digantungkan pada bambu yang tinggi. Anyaman dihias dengan bunga, buah, dan daun palem.
11. a. Pertama, pembuatan sketsa awal. Gambar atau pola digoreskan oleh pelukis utama dengan tinta cina berwarna hitam.
b. Kedua, tahap pewarnaan. Proses ini dikerjakan oleh seniman pemula atau keluarga lain dengan cara memulaskan warna yang dikehendaki.
c. ketiga, tahap penyempurnaan. Wayang dilengkapi dengan detail yang teliti dan indah. Proses ini dikerjakan oleh pelukis utama.
12. a. Mbis pada suku Asmat: sosok patung leluhur atau pahatan-pahatan monumental yang diletakkan di rumah adat.
b. Ulos pada suku batak: wastra khas Batak yang dalam perkawinan; berfungsi sebagai hadiah dari pihak lakki-laki kepada pihak perempuan.
c. Gringsing wastra pada masyarakat Bali: wastra ikat ganda khas Bali yang digunakan pada upacara adat dan keagamaan. Wastra itu dibuat selama 5—8 tahun dengan peraturan ketat, upacara, dan berbagai pantangan.
d. pukpuk pada masyarakat Batak: zat pada tanaman/hewan untuk memberi kekuatan pada patung leluhur.
13. Patung di Nusantara identik dengan animisme dan bersifat magis. Biasanya, patung merupakan representasi orang yang sudah mati, nenek moyang, atau dewa. Namun, saat ini, patung lebih berfungsi sebagai monumen peringatan kejadian bersejarah atau sebagai penghargaan bagi orang yang berjasa.
14. Penangkal bencana atau penyakit.
15. Patung Soekarno dan Hatta (patung proklamasi) dan patung soeharto di museum Soeharto, Taman Mini.
16. Sesaji berfungsi sbagai persembahan kepada dewa, nenek moyang, dan tamu yang dihormati. Selain itu, sesaji juga berfungsi untuk menolak bencana dan syarat kelancaran suatu acara/pekerjaan.
17. Wayang golek, kulit, dan beber memiliki berbagai fungsi dari masa ke masa. Misalnya sebagai media hibuan, hiasan, pajangan, dan media penyebaran agama Islam.
18. a. Bima
b. Gatotkaca
c. ahwana
d. Drona
e. Semar
f. Punakawan
g. Srikandi
19. Jenis wayang tersebut adalah wayang kulit. Wayang tersebut memiliki 3 tongkat yag terdapat pada kaki, tangan kanan, dan tangan kiri. Cara memainkannya adalah dengan memegang tongkat yang terdapat di kaki, sedangkan tangan yang lain memegang tongkat yang terdapat pada tangan kanan atau kiri wayang. Tongkat tersebut digerak-gerakkan sehingga tangan wayang tampak bergerak, terutama saat wayang diceritakan sedang berbicara.

VI
Jawaban Soal Latihan (hlm 82—84)
1. E
2. A
3. A
4. B
5. C
6. A
7. C
8. E
9. E
10. A





Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................








































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ……………..
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : 4. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 4.1. Merancang dan membuat karya seni rupa terapan dengan memanfaatkan teknik dan corak di wilayah Nusantara
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• menunjukkan hasil karya seni rupa 2 dimensi buatan sendiri
• menunjukkan hasil karya seni rupa 3 dimensi buatan sendiri
• menggambar wajah sesuai tahap-tahap yang benar
• menunjukkan hasil karya ragangan buatan sendiri

B. Materi Pembelajaran
• Seni rupa 2 dimensi
• Seni rupa 3 dimensi
• Teknik menggambar wajah dan meragang

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, praktik, bermain.

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Siswa membaca ulasan singkat tentang seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi yang ada di buku teks.
2. Siswa mengerjakan latihan halaman 91—92.
3. Guru menugaskan siswa untuk membawa pensil gambar atau limbah kayu pada pertemuan selanjutnya. Tugas ini disesuaikan dengan keinginan siswa atau keinginan kelas secara umum; siswa ingin belajar menggambar wajah atau membuat seni ragang. Siswa memilih salah satu tugas tersebut.

Pertemuan kedua
1. Siswa menyiapkan peralatan gambar/limbah kayu.
2. Siswa mulai berlatih menggambar wajah/meragang (tugas a dan b hlm. 92—95).
3. Hasil karya dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ketiga
1. Siswa mengumpulkan tugas menggambar wajah/hasil karya meragang.
2. Siswa ditugasi mengerjakan latihan I hlm. 95—100.
3. Guru menugasi siswa untuk mengerjakan tugas VI di rumah.

Pertemuan keempat
1. Siswa mengumpulkan 2 tugas terakhir.
2. Siswa diajak mengunjungi sebuah galeri/studio seni rupa dan ditugasi membuat laporan inventarisasi hasil karya 2 dimensi dan 3 dimensi (tugas VII hlm. 104).
3. Tugas dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kelima
1. Siswa mengumpulkan tugas laporan.
2. Siswa mengerjakan latihan VIII hlm 104—106.

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA dan MA kelas X – ESIS (hlm. 86—106)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

F. Penilaian
• Tugas a dan b hlm 92—95.

Lembar Penilaian
Menggambar wajah Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Meragang Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu menggambar wajah sesuai tahap-tahapnya Siswa dapat membuat karya kreatif
Gambar cukup rapi dan berciri khas Siswa dapat membuat karya imajinatif
Siswa mampu menggambar ekspresi marah Karya memiliki bentuk rapi dan mengandung estetika
Siswa mampu menggambar ekspresi senang dan tertawa Karya memiliki fungsi tertentu
Siswa mampu menggambar ekspresi sedih dan menangis Karya memiliki nilai dan makna tertentu
Siswa mampu menggambar ekspresi lain selain ketiga ekspresi di atas Bentuk karya seni tidak lagi menunjukkan asal-usul elemen dasarnya






Kolom penilaian tugas inventarisasi karya seni rupa (tugas VII hlm. 104)

Aspek penilaian Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
Siswa mampu menyajikan gambar karya seni rupa 2 dimensi
Siswa mampu menyajikan gambar karya seni rupa 3 dimensi
Siswa mampu melakukan penggolongan jenis karya
Siswa mampu menjelaskan bahan-bahan yang terdapat dalam karya seni
Siswa mampu menjelaskan fungsi karya seni
Siswa mampu menyajikan laporan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Kalimat laporan jelas dan mudah dipahami

Jawaban Soal Latihan (halaman 91—92)
A.
1. E
2. A
3. D
4. A
5. B
6. A
7. D
8. B
9. C
10. E

B.
1. Dilorod adalah proses penghilangan lilin malam pada kain batik dengan menggunakan air panas.
2. - diwidel: batik diwarnai dengan warna biru tua.
- dikelir: batik diwarnai dengan warna selain biru tua.
3. - Earthenware: keramik dengan suhu matang 900—1100 derajat Celcius dan daya serap 10—15%.
- Stoneware: keramik dengan suhu matang sekitar 1200 derajat Celcius dan daya serap 2—5%.
- Porselen: keramik dengan suhu matang sekitar 1260 derajat Celcius dan daya serap 0—1%.
4. Stoneware adalah keramik dengan suhu matang sekitar 1200 derajat Celcius dan daya serap 2—5%. Keramik ini memiliki kerasan seperti batu.
5. - tahap 1: sediakan kain putih polos berjenis mori, brokolin, atau sutra.
- tahap 2: kain dikemplong atau dihaluskan.
- tahap 3: ngelowong, atau menggambari kain dengan pensil/arang.
- tahap 4: ngrengreng, atau menempelkan cairan lilin dengan canting tulis atau cap.
- tahap 5: pewarnaan, yaitu diwidel (pewarnaan dengan warna biru tua) dan dikelir (pewarnaan dengan warna selain biru tua).
- tahap 6: dilorod, atau proses penghilangan lilin malam dengan air panas.

VIII
Jawaban Soal Latihan (hlm 104—106)
1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
6. E
7. B
8. E
9. B
10. E

Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran


……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................
















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : ……………………
Mata Pelajaran : Seni rupa
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : 4. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
Kompetensi Dasar : 4.2. Menyiapkan dan menata karya seni rupa buatan sendiri dalam bentuk pameran di kelas atau di sekolah
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
siswa mampu untuk:
• menyiapkan sebuah acara pameran karya seni rupa buatan sendiri dan teman
• menyelenggarakan acara pameran seni rupa
• membuat penutupan/penyelesaian proyek acara pameran seni rupa

B. Materi Pembelajaran
• Persiapan pameran.
• Pelaksanaan pameran.
• Penyelesaian pameran.

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, pemberian tugas portofolio, praktik.

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Siswa membaca pembahasan tentang cara merecanakan dan melaksanakan pameran yang ada di buku teks.
2. Siswa mengerjakan latihan hlm. 111—113 secara individual.
3. Siswa mengumpulkan pekerjaan.
4. Guru menugaskan siswa mengerjakan latihan I (hlm. 113—114) di rumah.

Pertemuan kedua
1. Siswa mengumpulkan tugas latihan I.
2. Siswa berkumpul dalam kelompok yang beranggotakan 4—6 orang.
3. Siswa berdiskusi untuk membuat proposal pameran seni rupa (latihan II hlm. 114).
4. Tugas dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
5. Guru mengingatkan siswa untuk membawa alat-alat gambar untuk melukis pada pertemuan selanjutnya.




Pertemuan ketiga
1. Siswa mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa menyiapkan alat-alat gambar untuk melukis dan mulai berkarya (mengerjakan tugas IV hlm. 115).
3. Guru mengingatkan siswa bahwa karya seni mereka akan dipilih oleh teman-teman sendiri untuk dipamerkan pada acara pameran seni rupa kelas/sekolah.

Pertemuan keempat
1. Siswa mengumpulkan lukisan.
2. Siswa dan guru memilih sejumlah lukisan terbaik.
3. Siswa yang lukisannya tidak terpilih berkumpul sebagai kelompok panitia pameran seni rupa kelas.
4. Panitia mulai rapat perdana dan menyiapkan acara pameran (mengerjakan tugas V hlm. 115).
5. Siswa dapat mengerjakan tugas-tugas persiapan pameran di luar jam belajar.

Pertemuan kelima
1. Siswa menyusun hasil karya di dalam kelas dan mengadakan pameran.
2. Siswa mengadakan acara diskusi karya teman sendiri.
3. Jika memungkinkan, siswa dapat mengadakan lelang atau penjualan hasil karya.

E. Sumber Belajar
• Kurikulum KTSP dan perangkatnya
• Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA X - ESIS
• Buku sumber Seni Rupa SMA dan MA kelas X – ESIS (hlm. 108—119)
• Peta konsep
• OHP
• Buku-buku penunjang yang relevan
• Internet

F. Penilaian
Tugas pembuatan proposal pameran seni rupa berkelompok (latihan II hlm. 114)

Format Penilaian Proposal

Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Deskripsi
Kreativitas gagasan pameran
  Konsep dan tema pameran digambarkan dengan menarik, jenis karya yang dipamerkan menarik dan mengundang rasa ingin tahu
Kejelasan gagasan
  Tema pameran terepresentasi dalam rangkaian acara.
Tiap rangkaian acara mendukung satu tema dan ada koherensi antartiap rangkaian acara.
Perincian persiapan Persiapan karya seni dan konsep pameran dijabarkan secara detail.
Dana dijabarkan secara detail dan masuk akal.
Pelaksanaan dideskripsikan secara detail.
Struktur penulisan proposal Proposal memiliki struktur yang teratur dan sesuai dengan tata cara penulisan proposal.
Penyajian dan bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai EYD.

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Tugas membuat perencanaan acara pameran seni rupa (tugas V hlm. 115).

Format Penilaian Perencanaan Pameran
Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Deskripsi
Kepanitiaan
  Siswa mampu membentuk tim, menentukan pemimpin, serta membuat pembagian tugas dengan adil dan berimbang.
Perencanaan acara secara umum Siswa mampu membuat rencana kerja dan mengatur jadwal secara kronologis dan masuk akal, menetapkan anggaran, serta tempat dan waktu pameran.
Perincian persiapan Siswa mampu menetapkan tema, menggolongkan jenis karya, memilih seniman, membuat katalog, undangan, poster, menghubungi orang yang membuka pameran, memasang karya dengan baik dan disertai dengan judul, membuat sistem penjualan karya, serta membuat laporan pertanggungjawaban

Perincian acara pameran Mampu membuka acara pameran, menyelenggarakan diskusi dan transaksi karya
Penutupan acara pameran Mampu mengumpulkan kembali karya dengan rapi, serta membuat laporan pertanggungjawaban

Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1

Jawaban Soal Latihan (halaman 111—113)
A.
1. E
2. A
3. C
4. C
5. B
6. A
7. no clue
8. C
9. E
10. D

B.
1. - Tahap persiapan. Hal yang harus dipikirkan pada tahap ini adalah tema pameran, jenis karya, seniman, tempat dan waktu, sumber dana, panitia pelaksana, katalog, kartu undangan, orang yang membuka pameran, pemasangan karya, pembuatan judul, tata letak, sistem penjualan karya, dan publikasi.
- Tahap pelaksanaan. Tahap ini meliputi pembukaan, pameran harian, diskusi, dan transaksi penjualan karya.
- Tahap penyelesaian. Tahap ini meliputi pengepakan, pengembalian karya, penyelesaian akhir, pembayaran fasilitas yang disewa, laporan pertanggunjawaban, dan pembubaran panitia.
2. Kurator adalah orang yang bertugas menyeleksi atau menilai karya seni.
3. Kolektor adalah orang yang menggemari dan mengoleksi karya seni.
4. Yang harus diundang dalam diskusi pameran adalah moderator, pembicara (meliputi seniman, kurator, dan panitia), dan peserta (masyarakat).
5. Penjualan karya tidak harus selalu dilakukan dalam pameran. Penjualan juga dapat dilakukan setelah pameran selesai, sesuai kesepakatan pembeli dan seniman.

VIII
A. Jawaban Soal Latihan (hlm 82—84)
1. D
2. A
3. A
4. no clue
5. C
6. D
7. A
8. B
9. B
10. E
11. A
12. A
13. A
14. C
15. E
16. D
17. D
18. C
19. C
20. A
21. A
22. E
23. A
24. C
25. B
26. A
27. B
28. E
29. no clue
30. C

B.
1. Seni rupa Nusan tara berkembang sejak zaman prasejarah. Pada zaman prasejarah, seni rupa bernuansa animisme dan dinamisme. Setelah zaman prasejarah, seni rupa dipengaruhi agama Hindu, Buddha, dan Islam, serta budaya Cina dan kolonial (Eropa).
2. - Seni rupa murni adalah seni rupa yang dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan, sedangkan seni rupa terapan dibuat untuk fungsi pragmatis, atau untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
- Seni rupa dua dimensi memiliki unsur panjang dan lebar, sendangkan seni rupa tiga dimensi memiliki unsur panjang, lebar, dan volume.
3. - Seni kaligrafi
- Seni makam
- Seni wayang
- Seni batik
4. a. teknik menganyam/menjalin: dibuat dengan cara menyusun sulur secara berjajar rapat. Kemudian, sulur lainnya dimasukkan secara berselang-seling dengan posisi tegak lurus dengan jajaran sulur yang pertama.
b. teknik menggulung. Teknik menggulung lebih rumit dari teknik menganyam. Pembuatannya adalah dengan cara memilin-milin bahan sesuai kerangka, dan dimulai dari titik pusat. Hingga meligkar atau melebar ke sekalilingnya. Setelah tersusun, anyaman dijalin dengan benang yang halus.
5. Yang harus dipersiapkan sebelum pameran seni rupa adalah tema pameran, jenis karya, seniman, tempat dan waktu, sumber dana, panitia pelaksana, katalog, kartu undangan, orang yang membuka pameran, pemasangan karya, pembuatan judul, tata letak, sistem penjualan karya, dan publikasi.

Mengetahui, Jakarta, ………..............
Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran



……………………........ ........................................
NIP/NRK....................... NIP/NRK.......................

No comments:

Post a Comment